Tuesday, January 13, 2009

Lestarikan Daerah Aliran Sungai dengan Bercocok Tanam

By Line: Yoshasrul
Kegiatan yang dilakukan sekitar 40 petani di Desa Lambakara, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan patut diapresiasi. Para petani menerapkan pola bercocok tanam dengan memanfaatkan sisa lahan di sepanjang pinggir sungai Laeya.
Aktifitas petani memanfaatkan areal kosong di sepanjang sungai menjadikan daerah aliran sungai laeya terawat baik. Warga menanam aneka tanaman palawija jangka pendek dan jangka panjang.
"Tujuannya kami cuma dua. Ingin melesrarikan daerah aliran sungai dan meningkatkan ekonomi masyarakat local,"kata Ashar, Ketua Kelompok Tani Palawija Desa Lambakara.
Sungai Laeya, satu dari enam sungai besar di konawes selatan bervolume air cukup besar. Sungai in mengairi 12 ribu hektar areal persawahan di tiga kecamatan di Konawe Selatan.
Saat mengunjungi areal pertanian palawija masyarakat, nampak deretan aneka tanaman yang siap panen. Buah-buahan ranum seperti semangka, tomat, cabe merah sebagaian telah dipetik dan siap jual. "Buah-buahan ini sudah diborong pembeli asal kendari. Mereka tinggal datang angkut,"demikian kata Ashar.
Kemandirian petani ini didasari keinginan melestarikan daerah aliran sungai dari degradasi akibat pengikisan air. Lagi pula, lahan dipinggir sungai sangat subur. Humus tanah yang dibawa air sangat baik untuk tanaman jangka pendek. Tanaman menandapat cukup pasokan gizi humus tanah.
"Tak perlu pakai pupuk, sebab humus tanah sudah menjadi pupuk alamai bagi tanaman,"kata Ashar.
Buah kerja keras petani melestarikan lahan daerah aliran sungai ini mampu meningkatkan ekonomi petani "Penghasilan petani ini buah manis dari kerja keras petani,"kata Ashar, tersenyum. Sekali panen petani dapat menghasilkan uang jutaan rupiah. Asumsi ini tentu didasari atas hasil jual panen palawija di pasaran yang cukup baik. "harga sekilo bawang di pasar mencapai 20 ribu rupiah. Kami dapat memanen sampai satu ton bawang,"ujar Ashar.
"Lumayan hasil sekali panen dapat membiayai kuliah anak kami,"kata Ashar.
Kegiatan petani Lambakara saat ini menjadi perhatian aparat desa setempat. Kegiatan yang berpespektif lingkungan ini bukan saja bertujuan melestarikan daerah aliran sungai, melainkan menjadi sumber ekonomi baru bagi desa.
"Sebelum kegiatan bertani di daerah lairan sungai berlangsung, petani desa masih berpikir kerja serabutan. Dan lebih banyak berdiam di rumah dan menunggu panen musiman jambu mete di kebun mereka. Namun kini pola hidup petani berubah semenjak mulai mengelola lahan di darerah aliran sungai,"kata Haris Tamburaka, Kepala Desa Lambakara, Kacamatan Laeya, Konawe Selatan.
Sebagai pemerintah, tentu Haris sangat mendukung kegitan warganya tersebut.
"Kegiatan petani telah sedikit mendongkart ekonomi desa. Seluruh kegiatan petani Lambakara dan Ambalodangge ini merupakan inisiatif sendiri,"tambah Haris.
Ia berharap kegiatan petani mendapat perhatian dari pemerintah kecamatan dan kabupaten. "Kita tau petani ini masih mengandalkan pola kerja tradisional, kami berharap pemerintah bisa memberi sentuhan pelatihan cara bercocok tanam yang baik,"kata Haris yang juga pendiri Koperasi Hutan Jaya Lestari, sebuah lembaga koperasi yang bergerak bisnis kayu legal.
Hingga kini petani juga masih murni bertani dengan pola kemandirian. " terus terang semua ini masih inisiatif masyarakat, pemerintah belum memberikan sentuhan apa-apa pada petani,"kata Ashar.

Namun ia tidak menutup mata, jika mpetani sangat membutuhkan adanya sentuhan pemerintah, terutama bagaimana mensubsidi kegiatan mereka.

No comments: