By Line: Yos Hasrul
Bekerja sebagai nelayan pembom ikan membuat para nelayan terkadang harus diperhadapkan dengan berbagai resiko yang sangat mengerikan. Tidak hanya cacat. Bahkan resiko yang paling terburuk para nelayan yang menekuni kegiatan dengan menggunakan bahan peledak ini terkadang harus kehilangan nyawa bila bahan peledak yang mereka gunakan tiba-tiba meledak didalam genggaman.
Inilah yang dialami Sabang (35 tahun) seorang nelayan di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara harus rela kehilangan salah satu lengannya setelah bahan peledak yang digunakannya meledak ditangannya.
Kisah pedih itu benar-benar masih diingatnya. Kegiatan berkategori ilegal fishing itu dilakoninya sejak masih berusia 20 tahun. Karena trauma Sabang pun meninggalkan kegiatan yang ditekuninya selama bertahun -tahun itu dan kini beralih menekuni kegiatan budidaya ikan dan lobster melalui keramba.
Berjarak hanya sekitar 200 meter dari desanya tinggal Sabang membangun sebuah karamba yang dijadikannya sebagai tempat budidaya ikan dan lobster sekaligus menjadi tempat tinggalnya.
Sejak tiga tahun beralih profesi dari sebelumnya sebagai seorang pembom ikan Sabang menghabiskan waktunya dikaramba ini.
Karamba yang dibangunnya diatas laut degan ukuran 7 x 6 meter ini terdiri dari dua petak masing-masing dibatasi dengan jarring. Petak pertama berisi ikan-ikan kelas satu seperti ikan kurapu dan petak lainnya berisi lobster atau lazimnya dikenal dengan udang laut.
Pilihannya untuk beralih profesi ini ia lakukan menyusul pertisitiwa tragis yang dialaiminya sehingga menyebabkan sebelah tangannya cacat akibat terkena ledakan bom disamping pendapatannya yang tidak sebanding dengan resiko kegiatannya sebagai pembom ikan.
Dengan bantuan modal dari salah seorang pengusaha yang tinggal didesanya Ia pun mulai menekuni kegiatannya dan kini telah berjalan kurang lebih tiga tahun.dengan usaha ini pula Ia mampu meraih pendapatan lebih dibanding sebelumnya ketika masih menekuni kegiatan sebagai pembom ikan.
“Alhamdulillah dari usaha ini saya bisa menyekolahkan anak,”kata Sabang.
Kegiatan usaha ini secara perlahan mulai Ia rasakan manfaatnya. Meski usahanya belum pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat namun memori sadarnya telah membuatnya untuk meningalkan kegiatannya sebagai pembom ikan, apalagi Ia sangat sadar jika kegiatan semacam itu menimbulkan dampak buruk terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang.
Sabang hanyalah satu dari sekian pelaku pembom ikan yang ada didesa mekar jaya yang akhirnya harus beralih profesi sebagai dari pembom ikan menjadi pelaku budidaya karamba ikan kurapu dan lobster.
Motivasi untuk menambah pendapatan dan menekan laju kerusakan lingkungan telah membuat sabang untuk tidak lagi menekuni kegiatannya sebelumnya memainkan bahan peledak apalagi setelah dirinya didera cacat setelah terkena ledakan bom.
Inilah yang dialami Sabang (35 tahun) seorang nelayan di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara harus rela kehilangan salah satu lengannya setelah bahan peledak yang digunakannya meledak ditangannya.
Kisah pedih itu benar-benar masih diingatnya. Kegiatan berkategori ilegal fishing itu dilakoninya sejak masih berusia 20 tahun. Karena trauma Sabang pun meninggalkan kegiatan yang ditekuninya selama bertahun -tahun itu dan kini beralih menekuni kegiatan budidaya ikan dan lobster melalui keramba.
Berjarak hanya sekitar 200 meter dari desanya tinggal Sabang membangun sebuah karamba yang dijadikannya sebagai tempat budidaya ikan dan lobster sekaligus menjadi tempat tinggalnya.
Sejak tiga tahun beralih profesi dari sebelumnya sebagai seorang pembom ikan Sabang menghabiskan waktunya dikaramba ini.
Karamba yang dibangunnya diatas laut degan ukuran 7 x 6 meter ini terdiri dari dua petak masing-masing dibatasi dengan jarring. Petak pertama berisi ikan-ikan kelas satu seperti ikan kurapu dan petak lainnya berisi lobster atau lazimnya dikenal dengan udang laut.
Pilihannya untuk beralih profesi ini ia lakukan menyusul pertisitiwa tragis yang dialaiminya sehingga menyebabkan sebelah tangannya cacat akibat terkena ledakan bom disamping pendapatannya yang tidak sebanding dengan resiko kegiatannya sebagai pembom ikan.
Dengan bantuan modal dari salah seorang pengusaha yang tinggal didesanya Ia pun mulai menekuni kegiatannya dan kini telah berjalan kurang lebih tiga tahun.dengan usaha ini pula Ia mampu meraih pendapatan lebih dibanding sebelumnya ketika masih menekuni kegiatan sebagai pembom ikan.
“Alhamdulillah dari usaha ini saya bisa menyekolahkan anak,”kata Sabang.
Kegiatan usaha ini secara perlahan mulai Ia rasakan manfaatnya. Meski usahanya belum pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat namun memori sadarnya telah membuatnya untuk meningalkan kegiatannya sebagai pembom ikan, apalagi Ia sangat sadar jika kegiatan semacam itu menimbulkan dampak buruk terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang.
Sabang hanyalah satu dari sekian pelaku pembom ikan yang ada didesa mekar jaya yang akhirnya harus beralih profesi sebagai dari pembom ikan menjadi pelaku budidaya karamba ikan kurapu dan lobster.
Motivasi untuk menambah pendapatan dan menekan laju kerusakan lingkungan telah membuat sabang untuk tidak lagi menekuni kegiatannya sebelumnya memainkan bahan peledak apalagi setelah dirinya didera cacat setelah terkena ledakan bom.
1 comment:
Tulisanya saya udah muat di Greenpress www.greenpressnetwork.blogspot.com, tulisan terakhir baiknya ada foto-nya bos. Makasih. Salam
Marwan
www.green-care.blogspot.com
www.papuatraveling.blogspot.com
Post a Comment