By Line:
Suara tangis kecilnya terus terdengar memilukan memenuhi ruang kamar tidur. Suara tangis itu membuat jantung sebesar bola kasti yang hanya terbalut kain kasa itu berdegub kencang, membentuk gerakan liar di atas dadanya yang mungil.
Kondisi miris ini dialami Abil Bintang Fahlifi. Bayi yang baru genap berusia satu minggu tersebut hanya tergolek lemas di rumah neneknya di Desa Basule, Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Ironisnya, jantung Bayi Abil dibiarkan bebas terkena udara yang tidak steril. Padahal idealnya jantung yang merupakan organ vital manusia ini seharusnya berada ditempat yang steril. Sebab jika tidak steril maka kuman atau virus beresiko besar hingga menempel di jantung Abil. Dan tentu saja resiko kematian akan cukup besar menimpa sang bayi. Namun karena keterbatasan dana jadilah sang bayi dirawat seadanya.
Seniwati, ibu bayi malang tersebut mengaku sejak membawa anaknya pulang ke rumah, Ia belum berani memandikan anaknya dengan air. ”Saya khawatir jantung Abil akan inveksi jika terkena air,”kata Seniwati saat disambangi di rumahnya, Rabu (12/8).
Untuk perawatan hari-hari, Seniwati membersihkan tubuh anaknya dengan air hangat, serta mengganti pembalu jantung anaknya dengan kain kasa yang dibubuhi air infus. Pengetahuan minim itu diperoleh ibu muda ini, sesaat sebelum keluar meninggalkan Rumah Sakit Permata Bunda, tempat dimana anaknya dilahirkan. ”Sebelum pulang, dokter memebakali saya cara aman merawat jantung anak saya, katanya agar steril dari kuman penyakit,”ujar Seniwati.
Untuk mengontrol kesehatan anaknya, Seniwati tetap membawa anak mereka ke Rumah Sakit Daerah Konawe Utara.
Hasil pemeriksaan dokter di Puskesmas kondisi kesehatan bayi kelainan jantung ini mulai memburuk, menyusul adanya tanda-tanda infeksi di bagian organ jantung dan paru-paru bayi. ” Hasil pemeriksasan suhu tubuh sang bayi naik 38 derajat celcius Ini pertanda adanya inveksi pada organ jantung,”kata dr Harmi Rosianawati.
Infeksi organ jantung sang bayi diduga akibat terkontaminasi peralatan yang tidak steril, seperti kain kasa yang selama ini menjadi pembalut jantung bayi Abil. ”Saya menganjurkan agar sebaiknya bayi ini dirawat di rumah sakit, sebab kalau tidak maka resiko kematian akan sangat besar menimpa jabang bayi,”kata dr Harmi Rosianawati..
Abil Bintang Fahlifi ini lahir hari Rabu (6/8) pekan lalu di Rumah Sakit Permata Bunda, Kota Kendari. Sejak lahir bayi ini tak pernah lepas dari pantauan intensif tim dokter akibat kelainan jantung bawaannya. Untuk menjaga sterilisasi jantugnya, saat lahir bayi tersebut sempat dimasukkan ke dalam alat inkubator selama tiga hari. Bahkan pihak Rumah Sakit Permata Bunda berniat merujuknya ke rumah sakit di Makassar untuk dilakukan operasi jantung sang bayi.
”Saya sudah menganjurkan pihak keluarga bayi, agar bayi Abil di rujuk ke Makassar Sulawesi Selatan untuk dirawat, tapi mereka tidak mau karena alasan tidak ada biaya,”kata dr Syamsiah Pawendi Mkes, Direktur Rumah Sakit Permata Bunda Kendari.
Anjuran agar keluarga bayi dirujuk ini juga karena minimnya peralatan medis, serta tidak tersedianya dokter spesialisasi ahli jantung di rumah sakit swasta tersebut. Karena keterbatasan biaya, hari Minggu (9/8) lalu pihak keluarga memutuskan membawa bayi mereka pulang ke kampung halaman.
Selama merawat anaknya di rumah Seniwati hanya memberikan anaknya susu pabrik yang dibeli di warung melalui alat bantu dot. ”Saya tak memberi asupan ASI (Air Susu Ibu) karena takut jantung anaknya akan tergesek pada kain baju,”katanya.
Kondisi yang serba kekurangan ini membuat Seniwati hanya bisa pasrah dengan keadaan. Ia hanya bisa berharap adanya keajaiban dari yang Maha Kuasa untuk menyelamatkan buah hati pertamanya tersebut.
Seniwati sendiri berasal dari keluarga tidak mampu . Ia dan suaminya Ashari yang baru menikah setahun yang lalu belum memiliki pekerjaan.
Untuk bertahan hidup untuk sementara waktu Seniwati menumpang pada orang tuanya. Demikian pula saat melahirkan dan perawatan anaknya di rumah sakit, seluruhnya masih berharap biaya orang tuanya yang hanya seorang guru sekolah dasar di Desa Basule.
Hingga kini tidak ada bantuan dari pemerintah maupun para demawan untuk meringankan beban sang bay.Kedatangannya disambut suka cita keluarganya. Hampir setiap hari bayi ini mendapat kunjungan dari kerabat maupun para tetangga yang menaruh iba pada sang bayi.